Forwaka Cianjur unras ngadu ke DPRD untuk sampaikan aspirasi soal keluhan dan menolak adanya cut and fill proyek ayam petelur. (Foto: Mamat Mulyadi/JabarNews) |
SIGNALCIANJUR.COM- Ratusan warga Kampung Empang RT 4/6, Desa Campaka, Kecamatan Campaka (Forwaka), aksi demo menolak cut and fill (perataan) proyek ayam petelur mengadu ke DPRD Kabupaten Cianjur, pukul 10.30 WIB, Rabu (13/11/2024) pagi.
Koordinator aksi Forwaka Cianjur, Entang Margana mengatakan warga tentu menolak karena dampak jelas akan merugikan, dan khawatir longsor rencana pembangunan proyek ayam petelur tersebut.
"Saat ini masih berlanjut perataan lahan menggali dan menimbun, dan sejumlah material baik tanah maupun bebatuan diambil dari tempat tertentu menurunkan alat berat," katanya.
Entang menyampaikan, sudah melaporkan tembusan ke 13 instansi di Kabupaten Cianjur, namum yang respon hanya DLH saja.
"Tentunya miris tidak digubris hanya satu instansi saja mendengar suara kami," katanya.
Itupun hanya sekedar imbauan, ditegaskan Entang, artinya tidak ada ada tindak lanjut hingga saat ini, perataan pihak perusahaan membawa eskalator juga.
Akses jalan, hal sama dibeberkan Entang, 100 meter menuju lokasi proyek ayam petelur tersebut, dan tidak pihak perusahaan tidak mendapatkan izin dari pemilik lahan.
"Akhirnya warga memblokade jalan tiga kali di lokasi," ucap Entang.
Bahkan dibongkar, Entang memaparkan lebih lanjut, oleh sejumlah oknum yang disuruh pihak PT Sukses Fram Abadi (SFA), oleh pemilik perusahaan tersebut.
"Dampak awal dari perataan lumpur bila hujan mengaliri lahan warga,":ujarnya.
Pasalnya, disampaikan dia lebih detail, lokasi lahan proyek ayam petelur tersebut berbatasan langsung, dan pihak perusahaan menata lahan itu sebelum benteng berdiri.
"Ada lahan pertanian, sawah, dan pemukiman warga terdampak," bilang Entang.
Sebelumnya itu, ia menyambungkan tanpa ada sosialisasi dulu dengan warga. Dan, jadi lokasi lahan bukit sekitar 4 hektar dikelilingi oleh pemukiman ada yang berbatasan langsung.
"Jadi kalau gambaran panel terpasang genteng warga di ujung itu posisi," imbuhnya.
Entang menyebutkan, lebih dari itu, dugaan Pemerintah Desa (Pemdes) setempat sepertinya tutup mata, yang masuk di lokasi sampah dan lumpur (tanah merah) habis menata kondisi menggunung.
"Kalau masuk ke rumah tidak ada, tapi ke pemukiman warga ya," timpalnya.
Entang menambahkan, lokasi tersebut lahan produktif garapan warga yang akan dibangun proyek ayam petelur. Saat ini perataan masih terus berlanjut, dan pihak perusahan tidak menghiraukan. Dua kali, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memberikan surat imbauan kami cetak jadi baliho 2x4 meter.
"Bahkan antar warga saat ini suasananya dirasakan nyaris ada gesekan merembet kepada kegiatan keagamaan tidak harmonis," tutupnya. (Sep/*)