Notification

×

Iklan

Iklan

Analisis Laporan Pew Research Center terhadap Pendidikan Tinggi di Amerika Serikat

6/06/2024 | 14:25 WIB Last Updated 2024-06-06T07:28:00Z
Dosen UNTAG Banyuwangi, Andhika Wahyudiono. (Foto: Istimewa)




Oleh: Andhika Wahyudiono*


MIMBAR WARGA - Laporan Pew Research Center (PRC) mengungkap mayoritas warga Amerika Serikat (AS) tidak lagi menganggap memiliki gelar sarjana sebagai prasyarat untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. Menurut survei yang melibatkan 5.203 responden dewasa AS, hanya satu dari empat orang yang menganggap sangat penting memiliki gelar sarjana empat tahun untuk sukses dalam perekonomian saat ini. Temuan ini menandai perubahan pandangan terhadap pentingnya pendidikan tinggi dalam mencari pekerjaan yang menghasilkan.

Lebih dari setengah dari responden survei menilai bahwa memiliki gelar sarjana tidaklah begitu penting dalam mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi saat ini dibandingkan dua dekade sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma di tengah masyarakat AS, khususnya di kalangan generasi muda, terhadap nilai pendidikan tinggi sebagai jaminan kesuksesan karier.

Survei yang dilakukan oleh Business Insider dan firma riset pasar YouGov juga menyoroti bahwa semakin banyak generasi muda, khususnya Generasi Z, yang mulai meragukan nilai investasi dalam pendidikan tinggi. Sekitar 46 persen dari responden Gen Z menyatakan bahwa biaya kuliah tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh, sementara hanya 39 persen yang menganggap pendidikan tinggi masih penting bagi masa depan mereka.

Sikap skeptis terhadap pendidikan tinggi juga dipicu oleh tingginya biaya kuliah yang semakin tidak terjangkau bagi banyak orang. Masalah utang kuliah yang membebani lulusan perguruan tinggi telah memicu intervensi pemerintah, termasuk langkah-langkah keringanan utang yang diperjuangkan oleh Presiden Joe Biden sejak menjabat.

Pengajar dari Harvard Business School, Joseph Fuller, menyatakan bahwa pandangan tradisional yang mengaitkan kesuksesan dengan gelar sarjana telah tergoyahkan. Setelah 70 tahun di mana pendidikan tinggi dianggap sebagai kunci kesuksesan di Amerika, pemikiran semacam itu mulai dipertanyakan oleh masyarakat, pembuat kebijakan, dan pemimpin masyarakat.

Tantangan terbesar bagi lembaga pendidikan tinggi di AS saat ini adalah bagaimana menyikapi pergeseran paradigma ini. Mereka perlu merespons kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin beragam terhadap pendidikan, sekaligus menjaga relevansi pendidikan tinggi dalam menghadapi tuntutan pasar kerja yang terus berubah.

Dalam era di mana nilai pendidikan tinggi dinilai ulang, institusi pendidikan tinggi perlu mengadopsi pendekatan yang inovatif dan adaptif. Hal ini mencakup penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri, penyediaan aksesibilitas pendidikan yang lebih luas, dan penawaran solusi keuangan yang lebih terjangkau bagi para pelajar.

Pandangan baru terhadap pendidikan tinggi menyoroti pentingnya kerja sama antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta. Kolaborasi lintas sektor ini menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan pasar kerja yang terus berkembang.

Dalam ekosistem pendidikan yang inklusif, pendidikan dianggap sebagai hak yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Ini berarti bahwa pendidikan harus tersedia dan terjangkau bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial mereka.

Kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta memungkinkan penggunaan sumber daya dan kebijakan yang lebih efektif. Dengan bekerja bersama, berbagai masalah dalam pendidikan tinggi, seperti biaya kuliah yang tinggi, dapat diatasi secara lebih efisien.

Pendekatan holistik dan terintegrasi diperlukan untuk mengatasi tantangan yang kompleks dalam pendidikan tinggi. Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari aksesibilitas pendidikan hingga kualitas kurikulum yang relevan dengan pasar kerja.

Kerja sama antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta juga dapat memperkuat inovasi dalam pendidikan. Melalui kolaborasi ini, solusi-solusi baru dapat ditemukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pendidikan tinggi.

Dalam mengatasi tantangan pendidikan tinggi, penting untuk memperhatikan kebutuhan dan keberagaman masyarakat. Kolaborasi lintas sektor ini dapat membantu dalam merancang program-program pendidikan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan khusus dari berbagai kelompok masyarakat.

Kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta juga memperkuat hubungan antara pendidikan dan dunia kerja. Dengan bekerja sama, lembaga pendidikan dapat memastikan bahwa lulusannya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang terus berkembang.

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong kolaborasi ini dan menciptakan kebijakan yang mendukungnya. Melalui regulasi yang bijaksana dan insentif yang tepat, pemerintah dapat memfasilitasi terciptanya ekosistem pendidikan yang dinamis dan responsif.

Pentingnya kerja sama lintas sektor dalam pendidikan tinggi juga menyoroti perlunya penyesuaian terhadap perubahan zaman dan teknologi. Kolaborasi ini memungkinkan adopsi teknologi baru dan metode pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pengalaman belajar.

Dalam mengatasi tantangan pendidikan tinggi, penting untuk memperhatikan aspek kualitas pendidikan. Kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta dapat membantu dalam meningkatkan standar pendidikan dan menjamin kualitas lulusan yang lebih baik.

Kesimpulannya, kolaborasi yang erat antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan dalam pendidikan tinggi. Hanya dengan pendekatan holistik dan terintegrasi, sistem pendidikan tinggi di Amerika Serikat dapat memenuhi tuntutan masa depan dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan pasar kerja. (Red/*)

*) Dosen UNTAG Banyuwangi

×
Berita Terbaru Update