Jajaran direksi RSUD Sayang Cianjur dan karyawan saat mendengarkan tausiyah di Masjid Asy Syifaa. (Foto: SignalCianjur) |
SIGNALCIANJUR.COM - RSUD Sayang Cianjur bukan hanya tausiyah saja setiap satu minggu sekali. Tapi, ada juga Ngaji dan Someah (Ngaso) dan beberapa program lainnya.
Hal tersebut dipaparkan Ustadz Suherlan, saat dikonfirmasi langsung awak media selesai siraman rohani di Masjid Asy Syifaa, Rabu (21/2/2024) lalu.
"Bahkan ada juga program dudukuy (sholat dhuha dulu sebelum masuk kerja)," terangnya.
Masih dijelaskan Ustadz Suherlan, kaum muslim dianjurkan juga melakukan ibadah sunnah, salah satunya yaitu mendirikan sholat sunah dhuha. Dan, menjadi ibadah tambahan dan bernilai pahala.
"Sholat dhuha merupakan sunnah diyakini memudahkan rezeki bagi siapa saja mengerjakannya," ucap dia.
Hal senada masih tutur Ustadz Suherlan, kebanyakan umat muslim melaksanakan sholat dhuha karena memiliki hajat untuk dilancarkan rezeki oleh Allah SWT, para ulama menjelaskan bahwa waktu dhuha adalah 15-20 menit setelah mata hari terbit (waktu syuruq) sampai 15 menit sebelum tiba waktunya sholat dhuhur.
Sambungnya, untuk batas waktu sholat dhuha mulai dari setelah matahari terbit hingga setinggi tombak dan berakhir sebelum masuk waktu zuhur (sebelum zawal).
"Waktu dhuha saat matahari sudah meninggi dan pancaran sinar sudah membuat bumi panas," terang Ustadz Suherlan.
Ia menyampaikan sholat dhuha selain untuk memperlancar rezeki, juga memiliki keistimewaan seperti sholat fardu salah satunya adalah sarana untuk memohon ampunan dosa.
Hal sama diutarakan Ustadz Suherlan, berbagai mukjizat dari melakukan sholat dhuha juga bisa dibaca pada buku kisah nyata keberkahan para pengamal shalat dhuha dan tahajud.
"Nah! Ada juga program Gerakan Puasa Sunat (GPS) dilaksanakan jajaran staf direksi dan seluruh karyawan di RSUD Sayang Cianjur," jelas Ustadz Suherlan.
Masih ujar Ustadz Suherlan, banyak mendengar tausiyah dekat dengan Allah SWT, meningkatkan etos kerja karyawan.
"Pasalnya paham akan kewajiban sebagai karyawan seperti apa," ucap dia.
Jadi, terakhir Ustadz Suherlan menambahkan sebelum menuntut hal terlebih dahulu menyempurnakan etos kerja karyawan itu sendiri.
"Sebagai mualim ada sekitar tujuh orang. Artinya bukan saya saja," tuturnya.
Diketahui, para guru berilmu tersebut sebagai besar jebolan dari Pondok Pesantren (Pontren) di Jawa Barat termasuk Cianjur salah satunya terkenal sebagai kota santri.
Seperti halnya Ustadz Suherlan dirinya pengalaman di Tasik (asli putra daerah) lalu pernah jadi santri di Garut. Dan, beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat. Saat ini memiliki Pondok Pesantren (Pontren) di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. (Red/*)