![]() |
Pengrajin UMKM gula semut di Naringgul, Cianjur, bantu pemberdayaan masyarakat, (Foto: Rdk/ SignalCianjur) |
SALAH- Satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengrajin produksi Gula Semut Murni (GSM) milik Odang Rohmat (47) warga Kampung Tegalbungur RT 1/ 5, Desa Wanasari, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, bantu kesulitan ekonomi (pengangguran) putus kerja terdampak pandemi Covid-19.
Penulis: Pedi Perdiansyah/ SignalCianjur
Diketahui, ada sekitar delapan orang pekerja, mayoritas tetangga dan kerabat yang bekerja sebagai pengrajin (pelaku UMKM) di pabrik GSM tersebut.
Seorang memiliki pabrik gula Odang Rohmat menungkapkan, seiring dengan berjalannya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) miliknya produksi gula aren (gula semut) tidak lain untuk memperdayaan warga sekitar, kerabat masih belum bekerja atau masih menganggur.
"Ya, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Itu terasa sekali. Warga kelas bawah paling terdampak secara ekonomi," ucapnya, Sabtu (23/1/2021).
Pihaknya menyampaikan, walau untuk saat ini baru bisa merekrut sekitar delapan orang pegawai asal warga sekitar. Diantarnya beberapa orang terdampak pandemi Covid-19, akibat dipulangkan di tempat pekerjaan di Jakarta
"Ada juga dari sebelumnya bekerja dari Bandung, hal sama itu dipulangkan," ujar Odang.
Dirinya bercerita, mendirikan perusahaan produksi gula semut saat ini dirintis. Itu baru satu tahun lebih, walau hanya mengandalkan modal awal pas-pasan. Namun, dengan mengatur manajemen keuangan (perputaran ekonomi) bila sungguh-sungguh. Bisa berkembang, cepat atau lambat secara bertahap.
"Saat ini bisa mempekerjakan warga sekitar," aku Odang.
Merintis UMKM di wilayah tersebut, sekaligus prioritas untuk meningkatkan Sumber Daya Alam (SDA) para petani G
gula aren. Khususnya di Desa Wanasari, dan umumnya di Kecamatan Naringgul.
"Nah, saya pikir gula aren bisa diolah menjadi gula semut itu hasilnya akan lebih bagus," tutur Odang.
Masih paparnya, dirinya coba lihat di pasaran, ternyata hasilnya bagus. Dan, harga pasaran meningkat lebih mahal gula semut dibandingkan dibikin gula aren toros.
Harga pasaran untuk gula aren toros, Odang memaparkan, paling tinggi mencapai Rp 12 ribu, tapi kalau dibikin gula semut harga pasaran mencapai Rp 18 ribu.
"Bahkan kadang harga bisa lebih," ucapnya.
Sementara, dengan delapan orang pekerja sehari memproduksi gula semut bisa menghasilkan 350 kilogram atau tiga kintal. Itupun kalau mereka rajin, dari mulai pagi hingga sore produksi.
Kalau untuk sistem pemasaran, sudah punya langganan di kota/ Kabupaten Bandung dan Bekasi. Dia berharap, mudah-mudahan ke depan perusahaanya bisa lebih maju lagi. Sehinga bisa terus merangkul warga sekitar yang kondisi sekarang ekonomi lagi pada susah saat ini.
"Karena adanya pandemi Covid-19, dan mudah-mudahan segara berakhir," harap Odang.
Ia menyambungkan, Pemerintah Daerah (Pemkab) Cianjur, baik itu kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat bisa merangkul untuk produksi gula semut, diproduksinya. Sehingga bisa ada kucuran bantuan modal, baik berupa fisik dan non fisik.
"Terutama mesin untuk produksi gula semut," kata Odang.
Selama ini, ia menambahkan, alat-alat untuk memproduksi gula semut, sementara hanya bisa mengunakan alat secara manual. Seperti alat untuk penghalus gulanya terbuat dari batok kelapa, dan alat penyaringnya mengunakan perkakas dari bambu.
"Berharap ada bantuan modal dari pemerintah melalui program UMKM," tandasnya.
Terpisah, Rini (45) salah satu pegawainya mengatakan, adanya pabrik pengerajin gula semut yang dikelola majikannya,sangat membantu sekali. Apalagi warga sini, keluarga dan tetangga lainnya. Setelah dipulangkan dari tempat kerjaan di Jakarta, karena adanya wabah pandemi Covid-19.
"Sempat mengangur beberapa bulan. Kini, saya bisa ada lagi penghasilan cari uang bekerja di kampung halaman sendiri," akunya.
Sementara itu, Usep (40) karyawan lainnya juga warga setempat membenarkan, merasa terbantu. Adanya perusahaan gula semut di desa ini. Pekerjanya itu rata-rata warga sini, hampir semua.
"Artinya memperdayakan tetangga dekat, termasuk saya," ucapnya.
Warga setempat bilang, merasa terbantu dengan kondisi saat ini, yang serba susah ekonomi. Dan, susahnya mencari pekerjaan. Apalagi dari kampung sekolah saja lulusan SD mayoritas, belum lagi dengan adanya wabah pandemi Covid-19.
"Semua terkena dampaknya, bahkan saya sendiri mengalami dampak itu," aku Usep.
Ia menuturkan, dulu bekerja di Kota Bandung, karena ada wabah pandemi Covid-19 diliburkan bekerja. Kemudian mengangur, beruntung ada tetangga saat ini punya salah satu perusahaan gula.
"Sehingga saya bisa bekerja kembali untuk mencari uang buat kebutuhan keluarga," aku Usep.
Masih ujarnya, mudah-mudahan perusahaan (pabrik) gula semut milik tetangga (Odang) bisa lebih maju dan berkembang buntuk berkelanjutan. Warga sini pun hal sama ikut mendoakan, biar lebih maju dan sukses.
"Sehingga kami bisa terus bekerja di perusahaannya," tutupnya.(*)